Bidang Olahraga
27 Desember 2016
64x
“Wagub Demiz Buka Porsadin IV/2016 Jabar di Cianjur”
KAB. CIANJUR – Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar (Demiz) membuka Pekan Olahraga dan Seni Antardiniyah (Porsadin) ke IV Tahun 2016 di Lapangan Prawatasari, Jl. Pangeran Hidayatulloh, Sawah Gede, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Rabu (21/12/16). Para peserta atau atlet yang berlaga dalam Porsadin adalah para santri dari lembaga pendidikan Diniyah Takmiliyah yang tergabung dalam Forum Komunikasi Diniyah Taksmiliyah (FKDT) seluruh Jawa Barat.
Atas nama Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Wagub Demiz pun menyambut baik serta memberikan apresiasi kepada penyelenggara dan para peserta Porsadin IV Tingkat Provinsi Jawa Barat ini. Karena menurut Demiz, ajang ini bisa menjadi momentum untuk mengembangkan minat, bakat, dan kreativitas santri di bidang olahraga dan seni.
“Ajang ini juga bisa untuk menyemarakan syiar pendidikan Islam, sekaligus wadah silaturahim untuk mempererat tali Ukhuwah Islamiyah antarsantri dan antar-Pengurus FKDT se-Jawa Barat,” ujar Demiz dalam sambutannya.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Jawa Barat Bukhori menjelaskan, tujuan digelarnya Porsadin ini guna membentuk keterpaduan antara nilai keagamaan yang dipahami melalui logika. Hal ini bisa diimplementasikan melalui sektor seni yang di dalamnya memiliki nilai estetika yang tinggi.
“Sehingga antara logika dan estetika ini bisa dipadukan dalam pemahaman dan pengamalan agama pada anak-anak didik kita, sehingga agama bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,” harap Bukhori dalam sambutannya.
Dalam bidang olahraga diharapkan akan timbul sikap jujur dan sportivitas, sikap yang tidak bisa diganggu gugat. Melalui olahraga ini akan terlihat nilai kejujuran dan keadilan pada setiap anak didik.
“Oleh sebab itu, keterpaduan antara agama, olahraga, dan seni yang dilakukan akan melahirkan pengamalan yang luar biasa di tengah anak-anak kita,” tukas Bukhori.
Porsadin IV ini diikuti 1.350 atlet santri FKDT dari 27 kabupaten/kota se-Jawa Barat. Mereka akan mengikuti 10 (sepuluh) cabang olahraga dan seni dari 21 - 22 Desember 2016. Kesepuluh cabor dan seni itu diantaranya Atletik, Futsal, Pidato Bahasa Arab, Pidato Bahasa Indonesia, Tahfidz Al-Quran, Baca Puisi Islami, Kaligrafi, Murotal Walimla, Qasidah Guru DT, dan Cerdas Cermat.
FKDT Jawa Barat Minta Full Day School Tidak Diterapkan
Lembaga pendidikan Diniyah Taksmiliyah merupakan lembaga pendidikan nonformal yang bergerak dalam kegiatan penidikam Agama Islam. Namun, menurut Ketua DPW FKDT Jawa Barat Asep Eli Gunawan, keberadaan lembaga pendidikan ini kurang diakui dan diperhatikan oleh pemerintah, padahal pendidikan agama sudah ada dalam sistem pendidikan nasional.
“Namun, pada kesempatan ini yang kami rasakan, pertama pengakuan pemerintah ini masih kurang untuk Madrasah Diniyah Taksmiliyah. Jadi kami ini masih bagian integral dari pendidikan nasional, karena pendidikan keagamaan ini diakui dalam sistem pendidikan nasional. Kami ingin diperjuangkan agar kami diperlakukan adil sama dengan lembaga pendidikan lainnya,” pinta Asep.
Selain itu, Asep juga berharap pemerintah bisa membantu sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar Madrasah Diniyah Taksmiliyah. Seperti pembangunan ruang kelas baru, serta gaji dan insentif guru yang tidak diperoleh para guru Diniyah Taksmiliyah selama ini.
“Tapi Alhamdulillah, tadi Pak Wakil Gubernur mengatakan bahwa di Jawa Barat ini sudah menganggarkan insentif guru Madrasah Diniyah,” kata Asep disambuat riuh peserta dan guru.
Sementara terkait rencana penerapan sekolah sehari penuh (full day school) dan lima hari dalam seminggu yang akan dilakukan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pihak FKDT Jawa Barat menolak rencana penerapan kebijakan ini. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran para pendidik Madrasah Diniyah Taksmiliyah, karena apabila diterapkan tidak akan ada waktu bagi anak-anak untuk mengaji.
“Biasanya kegiatan belajar mengajar (Diniyah Taksmiliyah) dilakukan setelah kegiatan sekolah di sekolah umum. Kalau sekolah lima hari pasti anak-anak sekolahnya sampai sore, nah ngajinya kapan kalau begitu. Jadi, kalau bisa full day school itu tidak dilaksanakan dan jangan lima hari sekolahnya, tetap aja seperti sekarang ini agar anak-anak setelah sekolah bisa ke Madrasah Diniyah Taksmiliyah,” ucap Asep menyampaikan aspirasinya disela-sela pembukaan Porsadin.
Provinsi Jawa Barat memiliki Lembaga Pendidikan Diniyah Taksmiliyah sebanyak 25.663 lembaga dengan jumlah guru sebanyak 124.136 orang. Sementara jumlah santrinya mencapai 1.553.989 orang atau hampir 25% dari jumlah seluruh peserta didik yang ada di Jawa Barat.
Pada kesempatan ini, Demiz juga menjelaskan bahwa pendidikan agama dan keagamaan merupakan hal yang sangat penting dan strategis, baik pada pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah, ataupun pendidikan tinggi. Namun, menurut demiz waktu kegiatan belajar-mengajarnya masih sangat terbatas, hanya sekitar dua jam per minggu.
Untuk itu, Demiz menuturkan Madrasah Diniyah Takmiliyah harus terus diperkuat, terutama menyangkut sarana dan prasarana serta kualifikasi dan kesejahteraan tenaga pengajar. Madrasah Diniyah Takmiliyah sebagai pilar pendidikan keagamaan Islam pada jalur nonformal tidak hanya menjadi pelengkap pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah umum. Namun, sangat strategis untuk memperkaya dan memperdalam pemahaman, penghayatan dan pengamalan Syari’at Islam yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah.
Demiz berharap melalui pendidikan agama dan keagamaan Islam, peserta didik atau santri bisa memiliki kesalehan individual dan sosial, dengan menjunjung tinggi jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwwah islamiyah, tawadhu (rendah hati), tasamuh (toleran), tawazun (keseimbangan), tawasuth (moderat), uswah (keteladanan), pola hidup sehat, dan cinta tanah air.
“Dengan kata lain, tegaslah bahwa agama Islam tidak mengajarkan pemeluknya untuk menghina atau menistakan agama lain, karena ajaran agama sesungguhnya merupakan landasan etika dan moral dalam kehidupan sehari-hari, baik pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” papar Demiz.
“Melalui pendidikan agama dan keagamaan Islam, sejatinya tidak hanya akan tercipta SDM yang cerdas dan terampil di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memiliki kemurnian akidah sebagai benteng dari paham radikal dan gerakan Islam transnasional,” pungkasnya.
Sumber berita : Humas Jabar
KAB. CIANJUR – Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar (Demiz) membuka Pekan Olahraga dan Seni Antardiniyah (Porsadin) ke IV Tahun 2016 di Lapangan Prawatasari, Jl. Pangeran Hidayatulloh, Sawah Gede, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Rabu (21/12/16). Para peserta atau atlet yang berlaga dalam Porsadin adalah para santri dari lembaga pendidikan Diniyah Takmiliyah yang tergabung dalam Forum Komunikasi Diniyah Taksmiliyah (FKDT) seluruh Jawa Barat.
Atas nama Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Wagub Demiz pun menyambut baik serta memberikan apresiasi kepada penyelenggara dan para peserta Porsadin IV Tingkat Provinsi Jawa Barat ini. Karena menurut Demiz, ajang ini bisa menjadi momentum untuk mengembangkan minat, bakat, dan kreativitas santri di bidang olahraga dan seni.
“Ajang ini juga bisa untuk menyemarakan syiar pendidikan Islam, sekaligus wadah silaturahim untuk mempererat tali Ukhuwah Islamiyah antarsantri dan antar-Pengurus FKDT se-Jawa Barat,” ujar Demiz dalam sambutannya.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Jawa Barat Bukhori menjelaskan, tujuan digelarnya Porsadin ini guna membentuk keterpaduan antara nilai keagamaan yang dipahami melalui logika. Hal ini bisa diimplementasikan melalui sektor seni yang di dalamnya memiliki nilai estetika yang tinggi.
“Sehingga antara logika dan estetika ini bisa dipadukan dalam pemahaman dan pengamalan agama pada anak-anak didik kita, sehingga agama bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,” harap Bukhori dalam sambutannya.
Dalam bidang olahraga diharapkan akan timbul sikap jujur dan sportivitas, sikap yang tidak bisa diganggu gugat. Melalui olahraga ini akan terlihat nilai kejujuran dan keadilan pada setiap anak didik.
“Oleh sebab itu, keterpaduan antara agama, olahraga, dan seni yang dilakukan akan melahirkan pengamalan yang luar biasa di tengah anak-anak kita,” tukas Bukhori.
Porsadin IV ini diikuti 1.350 atlet santri FKDT dari 27 kabupaten/kota se-Jawa Barat. Mereka akan mengikuti 10 (sepuluh) cabang olahraga dan seni dari 21 - 22 Desember 2016. Kesepuluh cabor dan seni itu diantaranya Atletik, Futsal, Pidato Bahasa Arab, Pidato Bahasa Indonesia, Tahfidz Al-Quran, Baca Puisi Islami, Kaligrafi, Murotal Walimla, Qasidah Guru DT, dan Cerdas Cermat.
FKDT Jawa Barat Minta Full Day School Tidak Diterapkan
Lembaga pendidikan Diniyah Taksmiliyah merupakan lembaga pendidikan nonformal yang bergerak dalam kegiatan penidikam Agama Islam. Namun, menurut Ketua DPW FKDT Jawa Barat Asep Eli Gunawan, keberadaan lembaga pendidikan ini kurang diakui dan diperhatikan oleh pemerintah, padahal pendidikan agama sudah ada dalam sistem pendidikan nasional.
“Namun, pada kesempatan ini yang kami rasakan, pertama pengakuan pemerintah ini masih kurang untuk Madrasah Diniyah Taksmiliyah. Jadi kami ini masih bagian integral dari pendidikan nasional, karena pendidikan keagamaan ini diakui dalam sistem pendidikan nasional. Kami ingin diperjuangkan agar kami diperlakukan adil sama dengan lembaga pendidikan lainnya,” pinta Asep.
Selain itu, Asep juga berharap pemerintah bisa membantu sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar Madrasah Diniyah Taksmiliyah. Seperti pembangunan ruang kelas baru, serta gaji dan insentif guru yang tidak diperoleh para guru Diniyah Taksmiliyah selama ini.
“Tapi Alhamdulillah, tadi Pak Wakil Gubernur mengatakan bahwa di Jawa Barat ini sudah menganggarkan insentif guru Madrasah Diniyah,” kata Asep disambuat riuh peserta dan guru.
Sementara terkait rencana penerapan sekolah sehari penuh (full day school) dan lima hari dalam seminggu yang akan dilakukan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pihak FKDT Jawa Barat menolak rencana penerapan kebijakan ini. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran para pendidik Madrasah Diniyah Taksmiliyah, karena apabila diterapkan tidak akan ada waktu bagi anak-anak untuk mengaji.
“Biasanya kegiatan belajar mengajar (Diniyah Taksmiliyah) dilakukan setelah kegiatan sekolah di sekolah umum. Kalau sekolah lima hari pasti anak-anak sekolahnya sampai sore, nah ngajinya kapan kalau begitu. Jadi, kalau bisa full day school itu tidak dilaksanakan dan jangan lima hari sekolahnya, tetap aja seperti sekarang ini agar anak-anak setelah sekolah bisa ke Madrasah Diniyah Taksmiliyah,” ucap Asep menyampaikan aspirasinya disela-sela pembukaan Porsadin.
Provinsi Jawa Barat memiliki Lembaga Pendidikan Diniyah Taksmiliyah sebanyak 25.663 lembaga dengan jumlah guru sebanyak 124.136 orang. Sementara jumlah santrinya mencapai 1.553.989 orang atau hampir 25% dari jumlah seluruh peserta didik yang ada di Jawa Barat.
Pada kesempatan ini, Demiz juga menjelaskan bahwa pendidikan agama dan keagamaan merupakan hal yang sangat penting dan strategis, baik pada pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah, ataupun pendidikan tinggi. Namun, menurut demiz waktu kegiatan belajar-mengajarnya masih sangat terbatas, hanya sekitar dua jam per minggu.
Untuk itu, Demiz menuturkan Madrasah Diniyah Takmiliyah harus terus diperkuat, terutama menyangkut sarana dan prasarana serta kualifikasi dan kesejahteraan tenaga pengajar. Madrasah Diniyah Takmiliyah sebagai pilar pendidikan keagamaan Islam pada jalur nonformal tidak hanya menjadi pelengkap pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah umum. Namun, sangat strategis untuk memperkaya dan memperdalam pemahaman, penghayatan dan pengamalan Syari’at Islam yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah.
Demiz berharap melalui pendidikan agama dan keagamaan Islam, peserta didik atau santri bisa memiliki kesalehan individual dan sosial, dengan menjunjung tinggi jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwwah islamiyah, tawadhu (rendah hati), tasamuh (toleran), tawazun (keseimbangan), tawasuth (moderat), uswah (keteladanan), pola hidup sehat, dan cinta tanah air.
“Dengan kata lain, tegaslah bahwa agama Islam tidak mengajarkan pemeluknya untuk menghina atau menistakan agama lain, karena ajaran agama sesungguhnya merupakan landasan etika dan moral dalam kehidupan sehari-hari, baik pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” papar Demiz.
“Melalui pendidikan agama dan keagamaan Islam, sejatinya tidak hanya akan tercipta SDM yang cerdas dan terampil di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memiliki kemurnian akidah sebagai benteng dari paham radikal dan gerakan Islam transnasional,” pungkasnya.
Sumber berita : Humas Jabar
Tags :
Berita Terkini
17 Agustus 2023
73x
Pemantapan Gerak Tim Lomba Senam Paket PORPI pada FORNAS VII Tahun 2023
30 Mei 2023
74x
29 Mei 2023
137x
Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Olahraga Rekreasi
17 Mei 2023
42x