BANDUNG - Kekerasan kini sudah jadi seperti candu, trend baru di masyarakat yang sebagiannya seolah-olah "ketagihan" untuk melakukan kekerasan, baik kekerasan fisik, psikis, hingga penelantaran. Solusi yang dipilih? tidak lagi dapat dilakukan oleh instansi pemerintah saja, tetapi juga harus mulai melibatkan para orangtua di keluarga, institusi pendidikan, dan juga lingkungan ?sosial masyarakat.
Di lingkup kemasyarakatan, yang dapat dilakukan untuk menekan angka kekerasan antara lain meningkatkan ?kesadaran dan kepedulian sosial, membangun sistem perlindungan berbasis masyarakat, serta optimalisasi peran sentra kegiatan masyarakat, seperti Posyandu, Karang Taruna, Majelis Taklim, dan komunitas-komunitas.
Salah satu komunitas yang berkomitmen dalam penanganan kekerasan adalah Komunitas Turun Tangan, dengan Koordinator Hikamul Haq Ridwan. Hikam, sapaan akrabnya menuturkan, kegiatan-kegiatan komunitas ini berbasis proyek sosial. Untuk itu, peserta komunitas ini sangat dibatasi guna membentuk peserta yang lebih in-depth.
"Kami komunitas yang didalamnya terdapat proyek-proyek sosial. Hari senin sampai rabu kemarin kita adakan festival baca. Ada pula acara sapa Wakil Rakyat dari DPR," ungkap Hikam.
"Output kegiatan ini diharapkan setiap peserta jadi semakin peduli terhadap program-program sosial. Peserta sangat dibatasi karena ingin lebih in-depth (mendalam)," sambungnya.
Menjawab niat baik tersebut, Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat Netty Heryawan mengungkapkan apresiasinya. Netty menekankan bahwa pemerintah memang tidak akan pernah bisa bergerak sendiri, dan peran serta komunitas akan sangat membantu terwujudnya program-program terpadu yang telah dicanangkan sebelumnya.
Netty pun memaparkan, peran komunitas dalam pemberantasan kekerasan bukan hanya menemukan masalah sosial (discovery) dan membangun mimpi (dream) melalui visi misi, namun komunitas juga harus melibat sertakan masyarakat dan membantu mereka mendesain langkah-langkah (design) guna meraih mimpi tersebut. Tak sampai disitu, komunitas juga harus mulai menentukan mana langkah yang paling tepat untuk diterapkan (define), hingga akhirnya komunitas terus mendampingi masyarakat untuk sampai pada tujuan bersama (destiny). Menurut Netty, tugas utama komunitas Turun Tangan ini adalah mengedukasi masyarakat agar terhindar dari aksi kekerasan sebelum menjadi korban.
"Sebisa mungkin masyarakat jadi tercegah, dan yang sudah terlanjur menjadi korban bisa ditangani. Jangan sekedar HIT AND RUN!" pungkas Netty saat menjadi Narasumber dalam Acara Social Activator Camp dengan Tema Lets Act Social Jl. Setra Dago II No. 12 Komplek Setra Dago Antapani Kulon Bandung, Minggu (22/05/2017).
Guna mencapai tujuan tersebut, Netty mengatakan bahwa setiap peserta komunitas yang akan bergerak sebagai relawan, agar menguatkan rasa empati dan peduli, niatkan untuk mau terus belajar dan berlatih, berjiwa pejuang yang tidak mudah menyerah, serta menumbuhkan sikap amanah dan jujur, juga semakin kreatif.
"Jangan mudah menyerah, dan jaga kepercayaan masyarakat," pesan Netty.
"Kita harus mulai ubah cara pandang kita. Jangan selalu blaming the victim (memojokkan korban), padahal tidak semua kekerasan terjadi karena perilaku korban," ujarnya.
Sumber Berita : Humas Jabar
Tag tidak tersedia
Berita Terkini
Pemantapan Gerak Tim Lomba Senam Paket PORPI pada FORNAS VII Tahun 2023
Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Olahraga Rekreasi