BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) menghadiri Stadium General atau Kuliah Umum dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Tito Karnavian di Aula Barat Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Jl. Ganesha No. 10, Kota Bandung, Rabu (8/3/17). Kuliah umum ini bertema “Tantangan Kebhinekaan Dalam Era Demokrasi dan Globalisasi”.
Aher mengungkapkan bahwa kebhinekaan adalah unsur penting bagi bangsa Indonesia. Kebhinekaan diperlukan untuk menangkal segala pengaruh buruk globalisasi atau faktor eksternal dari luar. Terlebih saat ini banyak pemahaman dan pengaruh teknologi luar merenggangkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
“Dalam kondisi pada hari ini seringkali ada pemahaman eksternal masuk, ada teknologi masuk – yang boleh jadi pemahaman dan teknologi internasional, pergaulan eksternal itu membuat renggang kebhinekaan kita,” ungkap Aher.
“Makanya perlu dipompakan lagi, disemangatkan lagi supaya apapun yang terjadi – budaya luar masuk, pengaruh eksternal masuk, pengaruh internasional masuk. Kita dengan masuknya pengaruh luar, kita harus komitmen bahwa kita tetap Indonesia, tetap menghormati kebhinekaan, tetap komitmen bahwa kebhinekaan bagian dari Indonesia,” tambahnya.
Untuk itu, Jenderal Polisi Tito Karnavian dalam ceramahnya mengajak seluruh masyarakat Indonesia agar memelihara kebhinekaan atau keberagaman yang dimiliki bangsa ini. Perbedaan ras, suku, dan agama adalah keniscayaan bagi bangsa Indonesia. Namun, Tito mengatakan apabila bangsa ini tidak mengelola dengan baik keberagamannya maka akan terjadi konflik.
“Kebhinekaan, kesatuan yang sudah ada diantara kita ini – Bhineka Tunggal Ika, ini harus dirawat dan dikelola. Jangan sampai kita menganggapnya sebagai sesuatu yang begitu saja terjadi,” kata Tito usai memberikan ceramahnya.
Lebih lanjut, Tito menjelaskan di tengah situasi kebhinekaan bangsa, saat ini kita menghadapi berbagai macam tantangan. Tantangan ini berasal dari internal atau dalam negeri juga tantangan eksternal atau luar negeri. Salah satu tantangan yang dijelaskan Tito yaitu mengenai kesenjangan ekonomi yang dialami Indonesia. Kepentingan ekonomi atau basic need adalah hal yang lebih penting dibanding kultur dan keamanan.
Untuk itu, pada kesempatan ini Tito mengatakan untuk mencegah kesenjangan tersebut negara berfungsi sebagai wadah untuk menghadirkan kesejahteraan rakyat. Seperti menurut Teori Kontrak Sosial “negara dibentuk untuk menyejahterakan rakyatnya”. Pemerintah dan rakyat memiliki kontrak sosial, apabila pemerintah tidak mampu memelihara kesejahteraan rakyat maka akan diputuslah kontraknya.
“71 tahun Indonesia merdeka masih banyak kesenjangan terjadi. Low class masih sangat besar, meskipun sudah membaik dari waktu ke waktu. Nah, ini bisa menjadi salah satu faktor ya yang bisa menimbulkan ketegangan antara low class dengan kelas lain, kelas menengah, dan kelas atas atau high class,” papar Tito.
Sementara faktor eksternal yang perlu diantisipasi, yakni semakin kuatnya demokrasi dan liberalisasi. Menurut Tito, disatu sisi kedua hal tersebut baik untuk kontrol pemerintah dan memberikan peran besar rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Namun, disisi lain nuansa demokrasi ini bisa disalahgunakan oleh kelas atas untuk berbagai kepentingan, sehingga perlu penyeimbang atau kritik dari pihak lain yaitu kelas menengah atau middle class seperti kaum intelektual.
“Tapi disisi lain ya, karena sistem demografi kita ini masih didominasi oleh kelas bawah, demokratisasi itu bisa dimanipulasi oleh para kelas atas, sehingga perlu faktor penyeimbang oleh para kelas menengah termasuk kalangan kampus, intelektual,” kata Tito.
Untuk mencegah berbagai konflik antarkelas atau horizontal, perlu ada penyatuan dari beragama suku, agama, dan ras. Tito mengatakan Empat Pilar Kebangsaan perlu di-refresh atau dikemukakan kembali kepada masyarakat agar semakin mampu menyatukan kembali bangsa.
“Kita harus memiliki komitmen untuk menjaga kebhinekaan ini. Dan sekaligus juga kita berusaha mengidentifikasi apa saja potensi ancaman kebhinekaan kita tangani, jangan kita diamkan!” pungkas Tito.
Sumber Berita: Humas Jabar
Tag tidak tersedia
Berita Terkini
Pemantapan Gerak Tim Lomba Senam Paket PORPI pada FORNAS VII Tahun 2023
Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Olahraga Rekreasi