Cianjur- (pikiranrakyat.com)
SILAT Maenpo khas Cianjur bagaikan api dalam sekam. Menggebu saat terkena angin, tapi juga tidak mati saat udara tak berembus. Istilah tersebut, dianggap melekat dalam perjalanan seni bela diri kota asal tauco itu.
Betapa tidak, Maenpo yang merupakan seni tradisional tersebut mampu tetap eksis di tengah perkembangan zaman. Namun, bertahannya bela diri ini pun bukan tanpa tantangan, mengingat bela diri tersebut justru sulit berkembang di tanah sendiri.
Salah satu Pelestari Maenpo Cikalong, Azis Asyari mengakui hal tersebut memang terjadi di Cianjur. Pasalnya, perkembangan silat ini justru lebih pesat di luar kota hingga luar negeri dibandingkan di tempat asalnya.
”Maenpo berkembang di luar, di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, sampai Perancis. Tapi di Cianjur tidak, sedikit banyak itu disebabkan saat itu Maenpo terlalu fokus disebarkan ke luar wilayah. Tidak apa-apa, itu adalah tantangan,” kata Azis.
Pria yang aktif mengajar di padepokannya itu mengatakan, wajar jika perkembangannya cenderung lambat di Cianjur. Menurut dia, hingga saat ini memang lebih banyak orang yang mencari ilmu silat tersebut ke kota-kota lain, seperti Jakarta. Atas dasar itulah, Azis pun menguatkan tekad untuk mulai menguatkan kembali Maenpo di Cianjur.
Ia mulai merasa perlu mengabdi di tanah sendiri, dengan merintis cikal bakal penerus Maenpo. Walaupun sulit karena minat masyarakat sulit diprediksi. Tapi ia terus optimistis dapat menghasilkan penerus bela diri yang lekat dengan permainan rasa (sensitivitas) tersebut.
Saat ini, Azis pun sedan membina sejumlah pelajar sekolah dasar yang dilatih menjadi cikal bakal penerus silat tersebut. ”Jadi prinsipnya sekarang, orang-orang diajak belajar dulu saja. Sok weh sina raresep heula (silahkan saja, biar pada suka dulu), itu prinsipnya. Karena, belajar silat ini jangan sampai dipaksakan,” katanya.
Dapat dikatakan, proses belajar dan menumbuhkan budaya pada masyarakat berjalan tahap demi tahap. Ia terus mencari orang-orang yang mau memperhatikan atau peduli pada budaya sendiri. Walaupun terkesan terlambat, Azis menganggap langkah yang diambil sudah tepat, “Yang penting dimulai,” ujarnya singkat.
Silat bermodal rasa
Pegiat dari silat yang dirintis sejak 1980-an itu mengatakan, Maenpo adalah bela diri yang akan menemui masa jenuh dan sulit berkembang pesat. Menurut Azis, ketika sedang digemari atau pesilat merasa mood, silat ini akan digandrungi. Sementara, saat tidak mood maka pesilatnya pun akan menyusut.
Namun, dengan blak-blakan ia pun mengakui, jika bela diri ini memang tidak akan menjadi besar seperti perguruan bela diri lainnya. Hal itu disebabkan, Maenpo berbeda dengan bela diri lain yang memiliki penerus atau orang yang menekuni.
”Sementara Maenpo, untuk mengajar 10 orang saja susah. Karena, ketika bela diri lain mengandalkan kekuatan, Maenpo Cikalong mengandalkan rasa. Mungkin, itu yang mempengaruhi minat orang untuk menekuninya,” ucapnya.
Banyak orang yang jarang berkeinginan memperdalam silat dengan rasa. Padahal, hal itu dapat diperdalam dan bahkan dinilai lebih ampuh untuk praktik bela diri. Akan tetapi, Azis tidak pernah menyayangkan hal tersebut, ia justru merasa Maenpo tidak harus besar.
”Jangan berpikir kuantitas, tapi kualitas. Jadi, pesilat Maenpo itu harus jadi orang ketika sudah menekuni silat ini. Ilmu yang diajarkan tersampaikan, membina supaya ilmunya teleb (dalam),” ujar Azis.
Oleh karena itu, saat ini Azis dibantu dua muridnya terus aktif untuk mengajarkannya kepada generasi muda. Proses pembelajarannya tidak bisa dilakukan secara serentak, karena Maenpo perlu diajarkan kepada satu per satu pesilat dengan cara dicabakan (disentuh). Hal itu, akan lebih efektif daripada memberikannya langsung secara bersamaan kepada pesilat.
Ia menyebut, sistem multilevel marketing berlaku pada pola belajar bela diri ini. Jadi, satu orang pembelajar, nantinya akan mengajarkan kepada pembelajar lain, demikian seterusnya sehingga perkembangan silat ini dibiarkan menyebar dengan sendirinya.
”Yang penting pelestarian dan pembelajarannya perlu terus berjalan. Apalagi, Maenpo tidak terbatas untuk siapapun. Tidak terkendala apapun, semua orang bisa mempelajarinya sejak muda sampai tua sekalipun,” kata Azis mengakhiri.***
Tag tidak tersedia
Berita Terkini
Pemantapan Gerak Tim Lomba Senam Paket PORPI pada FORNAS VII Tahun 2023
Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Olahraga Rekreasi