Bidang Olahraga
20 Oktober 2016
81x
“Dari Meraba, Muncul Bantingan dan Kuncian”
BANDUNG -- Dari 13 cabang olahraga dalam Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV 2016 Jawa Barat, 15-214 Oktober ini, ada satu cabang beladiri yakni judo yang dihelat pertama sepanjang sejarah Perpanas di GOR Pajajaran, Kota Bandung.
Sebagai cabang satu-satunya, sangatlah menyentuh jika membahas bagaimana paralimpian judo tunanetra bisa piawai memainkan olahraga bantingan dan kuncian asal Negeri Sakura Jepang ini.
Setidaknya itulah yang dirasakan Budi Hidayat, pelatih paralimpian Judo Jawa Barat. Yang pertama adalah memberikan dulu gambaran lawan tanding berikut sistem permainannya.
"Kami latih satu tahap demi tahap. Mereka diminta meraba dulu lawan, dibetulin dulu saat meraba. Jatoh diberdiriin lagi, diraba lagi. Baru dua bulanan mereka sudah bisa jatoh-jatohan secara baik," katanya saat ditemui di GOR Pajajaran, Kota Bandung, Senin (17/10/2016).
Nah, di bulan ketiga, barulah teknik permainan seperti bantingan dan kuncian diajarkan. Intinya, orientasi lapangan melalui indra peraba dan pendengar ditekankan terlebih dahulu sebelum masuk esensi pertandingan. Kepekaan beladirinya dimunculkan paling awal, sehingga butuh waktu lumayan.
Sekalipun demikian, kata Budi, dirinya tidak pernah membedakan paralimpian dan olimpian. Sewaktu masuk lapangan, dia memperlakukan semua setara saja.
"Saya lepas gitu saat melatih, jadi jangan pernah membedakan oh saya normal, dia tunanetra, tidak seperti itu. Normal aja. Ini juga tantangan besar buat saya sebagai pihak yang pertama mencetuskan blind judo," katanya.
Menurut Budi, tantangan terasa ketika paralimpian tak awas lingkungan sekitar. Banyak yang ketika dia melek sedikit, sang atlet sudah terbentur tembok atau jatuh.
"Kadang kalo dibanting, tangan bisa ke mana, bisa patah. Nah, itu resikonya cepet gitu. Tapi, kalo mereka sering latihan, banting-banting, otomatis dia udah relax banting jatoh gitu biasa," ujar atlet judo dalam PON XIX Jawa Barat kemarin.
Menurut dia, pendekatan bercanda saat melatih cukup efektif diterapkan. Selain tentunya terus memberi motivasi untuk mencetak prestasi. Bahasa dia, ayo judo, daripada diam, kalo berprestasi kan bisa dapat uang hadiah. Tapi paralimpian judo selalu ditekankannya jangan latihan karena uang, itu yang paling ditentangnya keras.
Ditanya harapan ke depannya, Budi mengaku berharap cabor beladiri paralimpian ini bisa makin menyebar ke daerah dan maju ke depannya agar nanti bisa mengirim perwakilan di Para Sea Games, Para Asean Games, dan Paralympics.
"Saya minta juga pemerintah makin perhatikan kaum tunanetra, khususnya judo blind. Karena ini kan cabor pertama beladiri di Peparnas Menpora, orang orang yang di atas (pemerintahan, red) bisa support lagi orang-orang tunanetra," pungkasnya.
Sumber berita : Humas Jabar
BANDUNG -- Dari 13 cabang olahraga dalam Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV 2016 Jawa Barat, 15-214 Oktober ini, ada satu cabang beladiri yakni judo yang dihelat pertama sepanjang sejarah Perpanas di GOR Pajajaran, Kota Bandung.
Sebagai cabang satu-satunya, sangatlah menyentuh jika membahas bagaimana paralimpian judo tunanetra bisa piawai memainkan olahraga bantingan dan kuncian asal Negeri Sakura Jepang ini.
Setidaknya itulah yang dirasakan Budi Hidayat, pelatih paralimpian Judo Jawa Barat. Yang pertama adalah memberikan dulu gambaran lawan tanding berikut sistem permainannya.
"Kami latih satu tahap demi tahap. Mereka diminta meraba dulu lawan, dibetulin dulu saat meraba. Jatoh diberdiriin lagi, diraba lagi. Baru dua bulanan mereka sudah bisa jatoh-jatohan secara baik," katanya saat ditemui di GOR Pajajaran, Kota Bandung, Senin (17/10/2016).
Nah, di bulan ketiga, barulah teknik permainan seperti bantingan dan kuncian diajarkan. Intinya, orientasi lapangan melalui indra peraba dan pendengar ditekankan terlebih dahulu sebelum masuk esensi pertandingan. Kepekaan beladirinya dimunculkan paling awal, sehingga butuh waktu lumayan.
Sekalipun demikian, kata Budi, dirinya tidak pernah membedakan paralimpian dan olimpian. Sewaktu masuk lapangan, dia memperlakukan semua setara saja.
"Saya lepas gitu saat melatih, jadi jangan pernah membedakan oh saya normal, dia tunanetra, tidak seperti itu. Normal aja. Ini juga tantangan besar buat saya sebagai pihak yang pertama mencetuskan blind judo," katanya.
Menurut Budi, tantangan terasa ketika paralimpian tak awas lingkungan sekitar. Banyak yang ketika dia melek sedikit, sang atlet sudah terbentur tembok atau jatuh.
"Kadang kalo dibanting, tangan bisa ke mana, bisa patah. Nah, itu resikonya cepet gitu. Tapi, kalo mereka sering latihan, banting-banting, otomatis dia udah relax banting jatoh gitu biasa," ujar atlet judo dalam PON XIX Jawa Barat kemarin.
Menurut dia, pendekatan bercanda saat melatih cukup efektif diterapkan. Selain tentunya terus memberi motivasi untuk mencetak prestasi. Bahasa dia, ayo judo, daripada diam, kalo berprestasi kan bisa dapat uang hadiah. Tapi paralimpian judo selalu ditekankannya jangan latihan karena uang, itu yang paling ditentangnya keras.
Ditanya harapan ke depannya, Budi mengaku berharap cabor beladiri paralimpian ini bisa makin menyebar ke daerah dan maju ke depannya agar nanti bisa mengirim perwakilan di Para Sea Games, Para Asean Games, dan Paralympics.
"Saya minta juga pemerintah makin perhatikan kaum tunanetra, khususnya judo blind. Karena ini kan cabor pertama beladiri di Peparnas Menpora, orang orang yang di atas (pemerintahan, red) bisa support lagi orang-orang tunanetra," pungkasnya.
Sumber berita : Humas Jabar
Tags :
Berita Terkini
17 Agustus 2023
73x
Pemantapan Gerak Tim Lomba Senam Paket PORPI pada FORNAS VII Tahun 2023
30 Mei 2023
74x
29 Mei 2023
137x
Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Olahraga Rekreasi
17 Mei 2023
42x