BATAM - Saat ini trend kekerasan seksual pada anak meningkat hampir di seluruh pelosok di Indonesia. Padahal kelompok anak juga termasuk subjek pembangunan sebagai penerus peradaban bangsa.
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat, Netty Heryawan mengatakan penyebab kekerasan dapat diibaratkan seperti pohon kekerasan. “Akar dari kekerasan yaitu kemiskinan mulai dari miskin materi, pendidikan dan nilai agama. Maka munculah faktor pendukungnya melalui pernikahan dini, disharmoni dan kesalahan pola pengasuhan anak. Terakhir faktor pemicunya dengan mengonsumsi miras dan terpaparnya pornografi,” katanya pada Rapat Koordinasi Teknis Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Untuk Percepatan Pelaksanaan Three Ends di Daerah di Ballroom Harmoni One Hotel Batam Kepulauan Riau, Rabu (11/4/17).
Di Jawa Barat sendiri khususnya P2TP2A Provinsi Jawa Barat telah menganani 1249 kasus mulai dari kekerasan (rumah tangga, KDP, seksual) dan human trafiking dari tahun 2010 hingga Desember 2016. Jika dilihat dari data milik P2TP2A Provinsi Jawa Barat kekerasan seksual khususnya pada anak mengalami peningkatan dibandingkan human trafiking yang telah mengalami penurunan.
"Oleh karena itu melalui political will Gubernur Jawa Barat dan jajarannya, Jawa Barat mempunyai program unggulan dalam upaya menurunkan kekerasan yaitu Jabar Tolak Kekerasan yang dicanangkan pada 16 Juli 2016. Tentunya memayungi program dan kegiatan yang ada di perangkat daerah pada setiap Dinas dan Badan," tutur Netty.
Program Jabar Tolak kekerasan meliputi pembentukan satgas, formulasi program di perangkat daerah, pembentukan motivator ketahanan keluarga (motekar), inisiasi sekolah ramah anak berbasis bebas kekerasan, pengasuhan perlindungan anak berbasis masayarakat (PABM), pelayanan terpadu di RSUD Al Ihsan dan pembentukan buku saku selamatkan anak kita.
Seperti di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mulai digalakkan Sekolah Ramah Anak Berbasis Bebas Kekerasan. "Diharapkan dengan sekolah ramah anak dapat menghadirkan rasa aman, nyaman dan perlindungan bagi seluruh warga sekolah. Sebagai salah satu cara kita untuk melindungi anak-anak dari berbagai kekerasan," lanjutnya.
Selanjutnya, Netty memaparkan di Dinas Pemukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat dapat merenovasi rumah layak huni. Dengan memberikan pembatas/penyekat kamar tidur anak dan orangtua sehingga menghindarkan anak dalam perilaku incest atau penyimpangan seksual sedarah.
Ditambahkan Netty, karena sekarang ini kita hidup di era globalisasi dan kemajuan teknologi maka upaya promotif dan preventif terus dilakukan. Bekerjasama dengan Dinas Informasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat, diseminasi informasi dan edukasi secara cepat dan masif ditengah masuarakat melalui video call dan teleconference di kota/kabupaten Jawa Barat.
Dengan membingkai pola kerja dan bersinergi inilah, Netty berharap kedepan dapat menekan angka kekerasan di Jawa Barat. Sehingga prinsip penangananya merujuk pada kepentingan korban dan melakukan trauma healing untuk melanjutkan kehidupan bermasyarakat.
Rakortek ini dibuka oleh Menteri PPPA RI Yohana S. Yambise pada 11 April 2017. Acara berlangsung hingga tanggal 13 April 2017, dihadiri oleh Deputi Bidang Perlindungam Hak Perempuan KPPPA Venetia R. Danes, para Kepala Dinas Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 375 orang (16 Dinas PPA Provinsi, 273 Dinas PPPA Kab/Kota, 16 Bappeda Provinsi dan 20 K/L Pusat, 30 KPP & PA).
Sumber Berita : Humas jabar
Tag tidak tersedia
Berita Terkini
Pemantapan Gerak Tim Lomba Senam Paket PORPI pada FORNAS VII Tahun 2023
Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Olahraga Rekreasi