Bidang Layanan Kepemudaan
08 Agustus 2016
11x
Tegakkan Hukum Lingkungan, Berjuanglah dengan Gembira!
KABUPATEN KARAWANG -- Lingkungan hidup, kini bisa menjadi sumber bencana, namun sekaligus bisa juga jadi sumber kebarokahan. Berbagai kerusakan, ataupun gangguan ekosistem semakin sering kita rasakan. Penambangan tidak teratur, alih fungsi lahan tak terkendali,pabrik yang tidak mengendalikan limbahnya, semuanya menyumbang kerusakan pada .
"Berbicara sungai misalnya, berarti berbicara juga mengenai wajah peradaban kita. Jadi kalau sungai kita hancur, itulah wajah peradaban kita, itulah wajah kita,” kata Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar pada kegiatan Kongres Sungai Jawa Barat Ke-1, di Kampung Budaya Karawang, Teluk Jambe, Kabupaten Karawang, Sabtu (06/08/16).
Untuk itu, berjuang demi ‘menyelamatkan wajah’ generasi kedepan perlu terus diupayakan. Membangun komunikasi yang baik antar stakeholder,dan mengupayakan penegakan hukum lingkungan yang seadil-adilnya merupakan upaya yang tidak semudah membalikan telapak tangan. Kekecewaan kerap datang ditengah-tengah perjuangan tersebut.
“Kita berjuang untuk menyelamatkan generasi yang akan datang, bukan untuk menunjukkan siapa yang jadi pahlawan. Mari kita berjuang dengan riang gembira,” kata Deddy memotivasi para pegiat lingkungan.
"Banyak kekecewaan kita dalam proses penegakan hukum lingkungan, tapi kita tidak boleh berhenti, perjuangkan terus!” Serunya.
Menurut Deddy, kerusakan lingkungan di Jawa barat sudah cukup kritis.
Di berbagai tempat telah terjadi kerusakan. Seperti Garut, yang rusak karena galian pasir ilegal di kawasan gunung Guntur, tanah longsor yang kerap terjadi di Jawa Barat bagian selatan, pertambangan ilegal batu kapur di Kecamatan Pangkalan Karawang, merupakan sejumlah contoh kerusakan alam akibat ulah manusia.
"Kita boleh membangun peradaaban. Membangun peradaban bukan berarti merusak alam," katanya. Selain itu kata Deddy pembangunan infrastruktur dan pembangunan industri yang masif, juga mempengaruhi kerusakan lingkungan. Salah satu indikator kerusakan alam menurut dia diantaranya, ketika musim kemarau, sejumlah daerah mengalami kekeringan. Sementara saat musim penghujan, sejumlah daerah menjadi daerah rawan banjir dan longsor.
Dari bidang perkebunan, sejumlah wilayah hutan yang asalnya ditanam pohon tegakan, banyak yang beralih fungsi menjadi lahan sayur. Beberapa kawasan karst pun yang merupakan daerah resapan air juga ikut dieksploitasi. Sehingga penegakan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) di Kabupaten/ Kota pun perlu distimulus untuk ditegakkan agar juga ‘pro-alam’.
Sumber Berita : HUMAS JABAR
KABUPATEN KARAWANG -- Lingkungan hidup, kini bisa menjadi sumber bencana, namun sekaligus bisa juga jadi sumber kebarokahan. Berbagai kerusakan, ataupun gangguan ekosistem semakin sering kita rasakan. Penambangan tidak teratur, alih fungsi lahan tak terkendali,pabrik yang tidak mengendalikan limbahnya, semuanya menyumbang kerusakan pada .
"Berbicara sungai misalnya, berarti berbicara juga mengenai wajah peradaban kita. Jadi kalau sungai kita hancur, itulah wajah peradaban kita, itulah wajah kita,” kata Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar pada kegiatan Kongres Sungai Jawa Barat Ke-1, di Kampung Budaya Karawang, Teluk Jambe, Kabupaten Karawang, Sabtu (06/08/16).
Untuk itu, berjuang demi ‘menyelamatkan wajah’ generasi kedepan perlu terus diupayakan. Membangun komunikasi yang baik antar stakeholder,dan mengupayakan penegakan hukum lingkungan yang seadil-adilnya merupakan upaya yang tidak semudah membalikan telapak tangan. Kekecewaan kerap datang ditengah-tengah perjuangan tersebut.
“Kita berjuang untuk menyelamatkan generasi yang akan datang, bukan untuk menunjukkan siapa yang jadi pahlawan. Mari kita berjuang dengan riang gembira,” kata Deddy memotivasi para pegiat lingkungan.
"Banyak kekecewaan kita dalam proses penegakan hukum lingkungan, tapi kita tidak boleh berhenti, perjuangkan terus!” Serunya.
Menurut Deddy, kerusakan lingkungan di Jawa barat sudah cukup kritis.
Di berbagai tempat telah terjadi kerusakan. Seperti Garut, yang rusak karena galian pasir ilegal di kawasan gunung Guntur, tanah longsor yang kerap terjadi di Jawa Barat bagian selatan, pertambangan ilegal batu kapur di Kecamatan Pangkalan Karawang, merupakan sejumlah contoh kerusakan alam akibat ulah manusia.
"Kita boleh membangun peradaaban. Membangun peradaban bukan berarti merusak alam," katanya. Selain itu kata Deddy pembangunan infrastruktur dan pembangunan industri yang masif, juga mempengaruhi kerusakan lingkungan. Salah satu indikator kerusakan alam menurut dia diantaranya, ketika musim kemarau, sejumlah daerah mengalami kekeringan. Sementara saat musim penghujan, sejumlah daerah menjadi daerah rawan banjir dan longsor.
Dari bidang perkebunan, sejumlah wilayah hutan yang asalnya ditanam pohon tegakan, banyak yang beralih fungsi menjadi lahan sayur. Beberapa kawasan karst pun yang merupakan daerah resapan air juga ikut dieksploitasi. Sehingga penegakan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) di Kabupaten/ Kota pun perlu distimulus untuk ditegakkan agar juga ‘pro-alam’.
Sumber Berita : HUMAS JABAR
Tags :
Berita Terkini
17 Agustus 2023
73x
Pemantapan Gerak Tim Lomba Senam Paket PORPI pada FORNAS VII Tahun 2023
30 Mei 2023
74x
29 Mei 2023
137x
Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Olahraga Rekreasi
17 Mei 2023
42x