Bidang Olahraga
20 Oktober 2016
58x
“Jadi Difabel Tertimpa Pohon, Leli Raih Terus Medali Tenis Meja”
BANDUNG -- Jika musibah menimpa, siapa bisa mengelak takdir-Nya. Tinggal respon terbaik diberikan, apakah meratapi nasib dan terpuruk atau malah kian bangkit catat prestasi gemilang.
Opsi terakhir yang dipilih Leli Marlina (18), Paralimpian Cabor Tenis Meja asal Riau. Pada umur empat tahun, dalam usia sekecil itu, sebatang pohon kelapa menimpa kakinya. Musibah itu sangat berat karena satu kakinya remuk.
Dokter kemudian memutuskan harus amputasi. Bocah Leni dengan pahit menghadapi kenyataan getir itu, kakinya diamputasi hingga lutut. Keluarganya berpikir semua penderitaan itu sudah tuntas.
Nyananya, karena masih terasa sakitnya, dokter memutuskan ada amputasi tahap kedua. Kita bisa bayangkan, balita empat tahun harus hadapi dua kali proses bedah pisau operasi untuk merenggut bagian tubuh kita.
Maka, operasi tahap kedua pun berjalan. Setelah tahap pertama sampai lutut, amputasi tahap dua hingga pertengahan betis. Sejak saat itu, manakala kawan lainnya berlari sana-sini, Leni kecil harus menemui kenyataan tak mudah. Namun semangat pantang menyerah sudah menderu sejak kecil.
"Saya kemudian mencoba bermain tenis meja meski satu kaki. Tapi kalau pas latihan, saya dengan atlet normal. Saya jadi satu-satunya paralimpian kalau lagi latihan di Jambi, tapi semuanya baik-baik saja," katanya saat ditemui setelah Upacara Pengalungan Pemenang (UPP) di Gedung Tenis Indoor Universitas Pendidikan Indonesia, Jl Setiabudi, Kota Bandung, Selasa (18/10/2016).
Remaja kelas 3 SMA 1 Lukuwantan, Riau ini menyebutkan, karena tak mau menyerah dengan kenyataan hidup, dia pun intens berlatih sendiri di rumahnya. Terutama selepas pulang sekolah dan atau bangun tidur.
Dia merasa latihan dan apalagi bertanding itu sangat menyenangkan, terlebih jadi banyak pengalaman dan teman. Bahkan pernah karena saking semangatnya, Leli saat berlatih sempat jatuh dan berdarah.
Menariknya, dia ogah pakai kursi roda ataupun tongkat pembantu. Latihan, bertanding, dan kemanapun pergi, selalu percaya diri sekalipun berjalan satu kaki dengan kondisi tertatih-tatih. Luar biasa!
"Alhamdulilah saya fun dan banyak teman, dapat banyak pengalaman lah. Ya saya suka nyemangatin teman-teman sesama latihan. Ayo Leli semangat, kamu bisa, ya kayak gitu lah," katanya, seraya tersenyum.
Itu pula yang membuatnya berprestasi. Dalam Peparnas XV sekarang, melawan senior-seniornya se-Indonesia, dia berhasil meraih perunggu. Ini menggenapi dua prestasinya tahun lalu. Yakni medali emas dalam Kejurnas Paralimpian 2015 serta medali perak dalam Asean Para Games 2015 di Singapura, Desember lalu.
Setelah medali demi medali terus diraihnya, Leli pun makin bersemangat menjadi paralimpian. Terlebih, keluarganya pun sangat mendukung. Selain memberikan tenis meja di rumah, tak henti mendoakan. Tak ketinggalan, jika dia bertanding, berita dan informasi terbaru selalu dicari ayah dan ibunya.
"Jadi, buat orang-orang difabel, jangan pernah patah semangat, ga boleh minder. Yang penting jangan menyerah, semuanya sama di mata Tuhan," ujarnya, mantap. Setuju, jangan menyerah dalam bidup!
Sumber berita : Humas Jabar
BANDUNG -- Jika musibah menimpa, siapa bisa mengelak takdir-Nya. Tinggal respon terbaik diberikan, apakah meratapi nasib dan terpuruk atau malah kian bangkit catat prestasi gemilang.
Opsi terakhir yang dipilih Leli Marlina (18), Paralimpian Cabor Tenis Meja asal Riau. Pada umur empat tahun, dalam usia sekecil itu, sebatang pohon kelapa menimpa kakinya. Musibah itu sangat berat karena satu kakinya remuk.
Dokter kemudian memutuskan harus amputasi. Bocah Leni dengan pahit menghadapi kenyataan getir itu, kakinya diamputasi hingga lutut. Keluarganya berpikir semua penderitaan itu sudah tuntas.
Nyananya, karena masih terasa sakitnya, dokter memutuskan ada amputasi tahap kedua. Kita bisa bayangkan, balita empat tahun harus hadapi dua kali proses bedah pisau operasi untuk merenggut bagian tubuh kita.
Maka, operasi tahap kedua pun berjalan. Setelah tahap pertama sampai lutut, amputasi tahap dua hingga pertengahan betis. Sejak saat itu, manakala kawan lainnya berlari sana-sini, Leni kecil harus menemui kenyataan tak mudah. Namun semangat pantang menyerah sudah menderu sejak kecil.
"Saya kemudian mencoba bermain tenis meja meski satu kaki. Tapi kalau pas latihan, saya dengan atlet normal. Saya jadi satu-satunya paralimpian kalau lagi latihan di Jambi, tapi semuanya baik-baik saja," katanya saat ditemui setelah Upacara Pengalungan Pemenang (UPP) di Gedung Tenis Indoor Universitas Pendidikan Indonesia, Jl Setiabudi, Kota Bandung, Selasa (18/10/2016).
Remaja kelas 3 SMA 1 Lukuwantan, Riau ini menyebutkan, karena tak mau menyerah dengan kenyataan hidup, dia pun intens berlatih sendiri di rumahnya. Terutama selepas pulang sekolah dan atau bangun tidur.
Dia merasa latihan dan apalagi bertanding itu sangat menyenangkan, terlebih jadi banyak pengalaman dan teman. Bahkan pernah karena saking semangatnya, Leli saat berlatih sempat jatuh dan berdarah.
Menariknya, dia ogah pakai kursi roda ataupun tongkat pembantu. Latihan, bertanding, dan kemanapun pergi, selalu percaya diri sekalipun berjalan satu kaki dengan kondisi tertatih-tatih. Luar biasa!
"Alhamdulilah saya fun dan banyak teman, dapat banyak pengalaman lah. Ya saya suka nyemangatin teman-teman sesama latihan. Ayo Leli semangat, kamu bisa, ya kayak gitu lah," katanya, seraya tersenyum.
Itu pula yang membuatnya berprestasi. Dalam Peparnas XV sekarang, melawan senior-seniornya se-Indonesia, dia berhasil meraih perunggu. Ini menggenapi dua prestasinya tahun lalu. Yakni medali emas dalam Kejurnas Paralimpian 2015 serta medali perak dalam Asean Para Games 2015 di Singapura, Desember lalu.
Setelah medali demi medali terus diraihnya, Leli pun makin bersemangat menjadi paralimpian. Terlebih, keluarganya pun sangat mendukung. Selain memberikan tenis meja di rumah, tak henti mendoakan. Tak ketinggalan, jika dia bertanding, berita dan informasi terbaru selalu dicari ayah dan ibunya.
"Jadi, buat orang-orang difabel, jangan pernah patah semangat, ga boleh minder. Yang penting jangan menyerah, semuanya sama di mata Tuhan," ujarnya, mantap. Setuju, jangan menyerah dalam bidup!
Sumber berita : Humas Jabar
Tags :
Berita Terkini
17 Agustus 2023
73x
Pemantapan Gerak Tim Lomba Senam Paket PORPI pada FORNAS VII Tahun 2023
30 Mei 2023
74x
29 Mei 2023
137x
Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Olahraga Rekreasi
17 Mei 2023
42x